SARANG – HMP PGMI STAI Al-Anwar sukses menggelar acara wanakarya 2025 selama empat hari berturut-turut mulai, Senin (5/5/2025) hingga Kamis, (8/5/2025) di auditorium gedung MZ. Acara ini menghadirkan beragam kegiatan edukatif, inspiratif dan kreatif seperti penampilan talkshow, lomba, dan pertunjukkan seni teater dari UKM teater Saroengan dan seni lukis dari Art Panca.
Talkshow penampilan hari pertama
Hari pertama diisi dengan talkshow inspiratif bertemakan Mengabdi dengan Aksi, Berkarya dengan Hati: Guru Berkualitas Generasi Cerdas yang dinarasumberi oleh Daimul Umam S,pd dan Zakiyatun Nisa S,pd. Dalam pemaparannya, Ishom Syirfi menekankan pentingnya kolaborasi antara teknologi dan pendidikan saat ini, “Di zaman ini setidaknya guru harus bisa mengkolaborasi antara teknologi dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” , Ujarnya.
Dalam talkshow tersebut narasumber utama, Daimul Umam S,Pd tekanan tekanan utama dalam mencetak guru berkualitas di Indonesia mencakup keterampilan pemahaman, minimalnya penguasaan metode pembelajaran modern, perubahan kurikulum yang cepat tanpa pelatihan mampu, ketimpangan akses di daerah tertinggal, serta rendahnya kemampuan integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar .
Memasuki hari kedua, mahasiswa PGMI unjuk kebolehan melalui debat antar angkatan yang termasuk dalam bagian acara wanakarya 2025. Debat ini mnegusung 13 mosi seputar pendidikan dasar, yang dibahas dengan pemikiran kritis dan argumentasi solutif. Partisipatif mereka terlihat dari berbagai argumentasi yang didebatkan, meski persiapan mereka terbilang singkat. Salah satu peserta mengaku hanya sempat mempersiapkan diri selama tiga jam “Persiapannya agak kurang, karena kami baru sempat mengerjakannya malam sebelumnya,” Ujar Fina, peserta debat.
Debat ini juga mengalami tantangan tersendiri seperti yang dialami oleh Shopiana, ia mengatakan tantangan terbesar debat adalah mengatur omongan “Gimana kalimat biar bisa ngontrol omongan, terus nyusun supaya mudah dipahami,” Jelasnya. Meski begitu menyertakan ini menjadi ajang untuk melatih public speaking dan menambah wawasan “Kita jadi belajar nyampaikan pendapat dan tahu berbagai sudut pandang,” jelas Iffat.
Menurut Bapak Aji Pangestu, M.Pd., selaku dosen juri debat, kualitas peserta tahun ini cukup bagus meskipun terdapat penurunan dibandingkan tahun lalu dalam hal menyampaikan argumen. “Secara keseluruhan, kualitas peserta tahun ini cukup bagus. Meski begitu, Tahun lalu banyak peserta mengikuti pelatihan, jadi mereka lebih terlatih dalam meyakinkan juri. Sementara tahun ini, pemahaman materi tetap baik, tapi penyampaiannya masih perlu ditingkatkan” jelasnya. Dalam penilaiannya, beliau menekankan tiga aspek penting, meliputi isi, tata cara (cara), dan penggunaan bahasa.
Umar juga berharap pengalaman dari lomba microteaching ini bisa menjadi bekal nyata saat dirinya nanti benar-benar terjun ke dunia pendidikan. “Harapan saya bisa menguasai untuk ke dekatnya ketika terjun langsung saat belajar,” katanya. Ia menilai bahwa lomba seperti ini bukan hanya menunjukkan kemampuan, tapi juga latihan mental untuk menjadi guru yang kreatif.
Sementara itu, dalam ajang lomba pidato anak (pidacil), persiapan peserta juga terbilang matang. Bapak Jamil, pendamping MI Manhail Futuh, mengaku terbantu karena siswanya sudah pernah tampil di beberapa kegiatan sebelumnya. “Saya merasa untung karena sebelumnya sudah pernah tampil dalam wanakarya di STAI dan sudah pernah ikut di tingkat kota, jadi untuk persiapan saya serahkan kepada guru yang melatih,” ungkapnya.
Meskipun mungkin masih terasa gelisah, Bapak Jamil melihat bahwa pengalaman membawa perubahan besar pada keberanian siswa. “Mungkin masih, tapi karena lamanya pengalaman rasa gugup pun berkurang. Yang terpenting bagi saya, ketika anak saya sudah berani untuk maju berarti dia sudah menang,” tuturnya.
Setelah dua lomba selesai, wanakarya kembali didekorasi dengan pertunjukkan seni teater, pertunjukkan ini memberi kesempatan bagi pelajar dalam melatih jiwa seni dan menambah rasa percaya diri. Penonton teater pun menyambut pertunjukkan ini dengan Perayaan yang meriah.
Baca juga: UKM TEATER SAROENGAN GELAR PENTAS BERTAJUK “RUANG TUNGGU”
Hari keempat, penutup wanakarya diiringi musik dan talent.
Acara puncak hari keempat ditutup dengan pertunjukkan dan pagelaran talent show dari penonton, para penampil tunjuk muka dengan berbagai penampilan. Perasaan senang begitu terasa di penutupan wanakarya 2025 ini. “Saya merasa bahagia banget yak karena ikut berpartisipasi dalam penampilan acara ini terutama karena sorak dari penonton bikin makin rame,” ucap M Fadhillah, peserta talent.
Begitu juga dengan pameran seni lukis, para pengunjung merasa terpukau dengan lukisan dan pameran media pembelajaran “saya seneng banget dan wow karena lukisan seninya bagus dan indah, juga media pembelajaran yang dibuat kaka juga bagus,” ujar Latifah salah satu pengunjung pameran.
Pertunjukan seni lukis dan media membuat kesan kebersamaan antara panitia HMP PGMI dan pemilik seni lukis Art Panca “Saya bisa mengambil rasa kebersamaan, perasaan kolektif dan membangun rasa satu sama lain sehingga tercipta keberasamaan antara HMP PGMI dan Art Panca,” ucap Maldini Raul, pemilik seni lukis
Tak hanya itu, penutupan wanakarya memberikan kesan tersendiri bagi pengurus HMP PGMI periode sebelumnya, seperti Yunia Shofiatun Nisa, ia membawakan acara ini menarik dan bisa bernostalgia saat dirinya menjadi tahun lalu “Acaranya cukup menarik dan saya merasa senang karena bisa hadir serta bernostalgia, merasakan kembali suasana organisasi. Harapannya, tahun depan acara ini bisa lebih baik lagi dan terus,” jelasnya.
Panitia mengungkapkan rasa terima kasih atas keberhasilan rangkaian acara. Meski menghadapi tantangan koordinasi dan teknis, mereka merasa puas karena seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana dan mendapat antusiasme yang tinggi dari seluruh peserta.