STAI Al-Anwar Sarang mengadakan seminar kemahsiswaan yang bertempat di ruang baca putri pada pukul 14.00 WIB.
Hadir pemateri Kepala Sub Bagian Tata Usaha Direktorat PTKI (Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam ) Muhammad Aziz Hakim SH.I.,MH. Kepala Sub Direktorat Sarana, Prasarana, dan Kemahasisiwaan Direktorat PTKI Luchman Bashori S.Ag, M.Ag. Seminar membahas peningkatan strategi pengembangan diri Kemahasiswaan di perguruan tinggi. Hal ini meliputi pendidikan dan keorganisasian.
Dalam sambutannya Ketua STAI Al-Anwar dr.KH. Abdul Ghofur Maimoen M.A. beliau mengatakan sangat berterima kasih sekali kepada kedua pemateri karena sudahberkenan menyempatkan diri hadir dan mengisi materi seminar kemahsiswaan di STAI Al-Anwar.
Beliau juga menyatakan bahwa pemateri ini merupakan teman lamanya yang sering bertemu dalam organisasi ke-NU-an GP ANSOR.
“Pak Aziz ini tidak asing dengan STAI Al-Anwar. Beliau juga pernah menginap disini,” jelas Babah.
Tujuan dari seminar ini adalah untuk mengembangkan kemampuan diri seorang mahasiswa secara expert melalui keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi.
“Aktif dalam berorganisasi secara tidak langsung dapat melatih kemampuan interaksi sosial seorang mahasiswa dan juga dapat melatih jiwa kepemimpianan, yang nantinya akan sangat berguna ketika Mahasiswa telah terjun ke masyarakat,” ujar Aziz Hakim berdasarkan pengalamannya.
Mahasiswa memang dituntut untuk mengembangakan diri semaksimal mungkin melalui kegiatan kemahasiswaan baik di dalam maupun diluar kelas. Mahasiswa juga dituntut untuk memiliki jiwa berani bersaing dengan siapapun tanpa memebedakan golongan dan dari mana asalnya.
Ekonomi bukanlah alasan bagi seorang mahasiswa untuk mengembangkan diri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang jauh lebih tinggi. Mengingat masa saat ini banyak sekali tawaran beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kepada mahasiswa baik jalur ekonomi (kurang mampu) dan dan juga jalur prestasi.
“Mahasiswa harus kreatif. Ekonomi bukan menjadi alasan,” lanjutnya.
Apalagi dari kalangan santri , banyak beasiswa yang diberikan oleh kemenag pada para santri yang berprestasi.
“Tercatat STAI Al-Anwar selama 3 tahun berturut-turut mendapat beasiswa bidikmisi yang sekarang dalam bentuk KIP,” papar Ruhman Bashori.
Workshop Tata Kelola Perguruan Tinggi
Pagi (24/1) muhammad Aziz Hakim dan Luchman Bashori mengisi Workshop Tata Kelola Perguruan Tinggi dan Peningkatan Kinerja Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M).
Aziz prihatinkan dalam pengelolaan tata kelola pengabdian Masyarakat karena struktur lembaga organisasi tata kerja Kementrian Subdit Direktorat Pengabdian masyarakat ini termasuk yang tergursur dalam konteks pengisian jabatan.
“Kasubdit penelitian dan 3 kasi disitu hilang menjadi jabatan fungsional. Harus diakui hal ini merupakan hal yang baru dan diselesaikan polanya. Mungkin minggu depan kita buat koordinasi P3M seluruh Indonesia PTKIN dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam,” jelasnya.
Selama ini, lanjutnya yang menghandel regulasi, program, ada di Subdit penelitian itu. Ketika Subdit penelitian hilang siapa yang menghandel.
“Ini membutuhkan pola baru dalam menangani pengabdian masyarakat perguruan Tinggi keagaman Islam,” lanjutnya.
Secara bergilir Divisi Penelitian, Divisi Penerbitan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) memaparkan kinerjanya. Aziz menilai kinerja P3M sangat luar biasa dalam melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi. Oleh karena itu posisi P3M sangat sentral dalam pengembangan perguruan tinggi.
“Kalau sudah berbicara Sinta, berarti itu sudah benar,” ujar Aziz mengomentari keterangan dari Divisi Publikasi Ilmiah dan Penerbitan lantas tersenyum.
Menurutnya, semangat kinerja KKN berbasis PAR yang dipaparkan KPM menurutnya sudah luar biasa. Problem yang diselesaikan yakni waktu keberlanjutan program di dalam masyarakat. Hal ini untuk mencari program yang sesuai potensi dalam masyarakat.
“Pelaksanaan KKN selama 40 hari untuk PTKIS luar biasa. Dalam seminggu mahasiswa turun ke masyarakat belum selesai mempelajari masalah disitu. Karena ketika berbicara PAR maka kemudian sejatinya posisi kita adallah bukan sebagai guru disana, tetapi bagaimana kita masuk dalam masyarakat kemudian mengembangkan potensi disana,” lanjutnya. (Syam/*)