
Sarang, Narasigp—Menganggakat tema “ الاسلام والقضايا المعاصرة ” dalam Muhadloroh ‘Ilmiyyah yang diadakan di Mushola Al-Anwar 3 Syekh Sulaiman Hasan dari Libya menjelaskan tentang problem kontemporer Islam di era industri 4.0. Acara diikuti oleh seluruh mahasiswa dan beberapa dosen. (26/11)
Sesuai tema yang diangkat, pertama Syekh Sulaiman menjelaskan bahwa saat ini kita sudah masuk di era industri 4.0, menurut beliau kita harus bisa beradaptasi dengan segala perkembangan. Kita harus punya paradigma baru dan lebih mengonsepkan pendidikan kita.
Selain itu, kita juga dihadapkan dengan stigma-stigma negatif tentang Islam. Beliau memaparkan di abad ini Islam menghadapi problematika mulai dari kemajuan dan kemunduran. Misalnya, berbicara mengenai HAM yang sudah ada sejak zaman Rasulullah. “Negara Madinah sudah menjalankan sistem politiknya sesuai dengan syariat Islam, mereka memiliki kebebasan untuk beragama” tuturnya.

Islam tidak membenarkan adanya kepemimpinan diktator. Sinergi antar seluruh elemen yang ada sangat diperlukan.
Kedua, problem keadilan. Kita melihat bahwa negara barat yang telah mengklaim sebagai pencetus tentang kemajuan teknologi. Tetapi sebetulnya kita tahu, bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman orang Islam sudah banyak mengisyaratkan tentang kemajuan kemajuan tersebut.
Ketiga, problem membeda-bedakan manusia. “Sempat terjadi di barat, bahwa orang berkulit hitam tidak boleh duduk berdampingan dengan orang berkulit putih”, tutur beliau.
Prinsip-prinsip ini sudah dibawa Rasulullah, tentang persamaan seluruh umat. Tidak ada yang pantas dibanggakan oleh diri manusia. Yang membedakan hanya tingkat ketaqwan seseorang. Hal lain, persamaan hak tentang laki-laki dan perempuan bahkan sudah menjadi pondasi yang dibangun oleh Islam.
Terakhir beliau menegaskan bahwa Islam sebagai agama, sudah mengajarkan tentang nilai-nilai kemuliaan akhlak. Kita sebagai umat Islam harus mampu membuka mata dan memahaminya, lalu menghadirkannya di tengah-tengah masyarakat.
“Sebagai umat Islam, nilai-nilai yang ada dalam Al-Qur’an harus kita hidupkan kembali. Tidak bisa kita dianggap keterbelakangan, bahkan prinsip-prinsip itu sudah kita miliki sejak zaman Rasulullah.”, ujar beliau. (D.f)