Dalam rangka silaturahmi, Tuan Guru Bajang Zainul Majdi mengunjungi STAI Al-Anwar Sarang Rembang pada selasa (20/02). Kunjungan ini menjadi istimewa sebab diikuti juga oleh para Alumni Al-Azhar Mesir lain. Sehingga acara seminar siang itu menjadi semacam reuni para doktor jebolan Al-Azhar.
Sebelum berkunjung ke kampus pesantren tersebut. TGB Zainul Majdi menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian Tafsir Jalalain di kediaman Mbah Maimun. Selanjutnya, barulah beliau bertolak ke STAI Al-Anwar untuk mengisi seminar dengan tema “Islam Moderat Menurut Pandangan Ulama Al Azhar”.
Acara yang diikuti oleh seluruh mahasiswa STAI Al-Anwar tersebut menjadi sangat unik dan istimewa. Pasalnya, Acara tersebut diisi oleh para candekiawan jebolan Al-Azhar. Sehingga menjadi semacam reuni cendekiawan jebolan Al-Azhar. Mereka adalah TBG Zainul Majdi (Gubernur NTB), Dr. Abdul Ghofur Maimoen (Ketua STAI Al-Anwar), Dr. Sidqan Maisur (Ketua OIAA daerah Jawa Tengah), Dr.Mukhlis Hanafi (Ketua Lembaga Pentashian Al-Qur’an Indonesia).
Tuan Guru Bajang, Panggilan akrab beliau, menjelaskan dalam kaitannya dengan tema bahwa Islam akan menjadi agama terbesar nomer 2 di dunia dengan manhaj wasatiyah. Indonesia sendiri, dengan corak keberagamaannya mulai mendapat lirikan oleh masyarakat dunia. Indonesia di pandang memiliki corak keberagaan yang unik dan moderat.
Ditegaskan juga oleh Bapak Mukhlis Hanafi ketika mendapat kesempatan berbicara, bahwa hari sebelumnya dia baru datang dari Rusia, tepatnya daerah Bolgar. Beliau mengisi acara tentang Konsep Islam Moderat Di Indonesia. Beliau berkesimpulan bahwa Manhaj Wasathiyah sangat penting bagi bangsa ini, terutama Islam agar diterima di semua kalangan. “Ulama harus menjadi Pemadam Kebakaran.” Terang Dr Mukhlis, ketua Tim Lajnah Tashih Mushaf Al-Quran.
Artinya dengan manhaj wasathiyah, Ulama mampu mengawal Islam di tengah perkembangan Islam Radikal yang menjadi virus, terutama di Negara Islam Timur Tengah. Jangan sampai Islam yang seyogyanya adalah rahmatal lil’alamin dibenci oleh nonmuslim dengan konsep radikal tersebut.
Tuan Guru Bajang juga menjelaskan kita perlu kembali memahami manhaj wasathi fil Islam, di mana dengan manhaj tersebut diharapkan keutuhan umat bisa terjaga. Dan manhaj ini tidak hanya diterapkan oleh ulama’ di Indonesia saja, melainkan juga di belahan dunia. (MZ)